Minggu, 06 Februari 2011

Senyum Guru Memandu Kalbu


Oleh Untung Gautara, S.Pd.


Guru banyak utangnya. Rumah tangga guru menjadi kacau nyaris berantakan. Guru ditekan oleh kepala sekolah untuk melakukan pekerjaan yang bertolak belakang dengan hati nuraninya. Guru sibuk mengerjakan administrasi mengajar. Guru kewalahan menghadapi murid super nakal. Itu adalah beberapa contoh masalah yang dihadapi oleh guru dan bisa membuat guru stress. Wajahnya dingin kaku. Sensitif mudah tersinggung dan marah. Bibirnya terkatup rapat.  Tak ada sedikitpun aura  senyuman di wajahnya. Wajah guru jadi angker. Menakutkan.

            Sesungguhnya, guru yang sedang dalam kondisi seperti itu, adalah guru yang sedang kesusahan jiwa dan harus dibantu oleh teman-teman dan keluarganya.  Cobalah sampaikan kepadanya hadist nabi berikut ini, “Senyummu di hadapan saudaramu adalah sedekah, perintahmu pada perkara yang ma’ruf dan laranganmu terhadap perkara yang mungkar adalah sedekah. (HR. Bukhari)”

            Senyum adalah sedekah. Sedekah bisa meringankan beban orang lain. Jadi, bermuka masam dan angker bisa menyusahkan orang lain. Lalu bagaimana kalau yang bermuka masam dan angker itu adalah guru? Siapa yang akan menjadi susah karenanya? Salah satu jawabannya adalah murid.

            Murid, adalah generasi masa depan.  Guru mempunyai kewajiban untuk mendidik dan mengajar murid agar segala potensi yang ada di dalam dirinya bisa tumbuh berkembang dengan maksimal. Kemaksimalan yang diinginkan itu tidak akan pernah tercapai bila guru tidak becus menjadi guru. Guru tidak mampu menciptakan suasana belajar-mengajar yang nyaman menyenangkan bagi murid dan guru itu sendiri. Suasana tegang mencekam seperti dalam perang di era penjajahan bukan suatu kondisi yang baik untuk mentransfer ilmu yang dimiliki guru kepada murid. Wajah seram bagai algojo itu bukan wajah pendidik, bukan wajah yang pantas ditauladani. Jika ada guru yang bangga dengan profil seperti itu, agar introspeksi dengan kejujuran hati. Sebab akan banyak kemudharatan yang dituai. Bukan cinta yang didapatkan tapi dendam kebencian murid yang akan dibawanya  sekian lama sampai dia mampu memaafkan gurunya dengan tulus. Seorang Profesor yang mengajar di pasca-sarjana sebuah universitas pernah bercerita bahwa dia harus berhati-hati mengajar para muridnya supaya tidak sakit hati seperti yang pernah dia rasakan ketika SD pada gurunya yang galak. Dendamnya masih terasa sampai kini dia jadi professor. Jadi kalau guru ingin tetap menjadi guru, sesusah apapun tersenyumlah!

            Suasana hati sedang runyam tapi harus tersenyum. Pasti akan terasa hambar. Itu karena tidak terbiasa. Tapi kalau sudah terbiasa tersenyum walaupun suasana hati segetir apapun, tak akan terasa hambarnya. Justru senyuman mampu mengendurkan otot-otot syaraf  hingga tidak tegang. Suasana hati akan berangsur menjadi lebih relax. Doktor R.A. Nainggolan dalam bukunya Sepuluh Dokter Alamiah halaman 92 menjelaskan bahwa salah satu obat alamiah untuk menghilangkan stress adalah dengan, “Selalulah tersenyum yang lebar. Buatlah pula senyum di mata yang berbinar-binar. Kemudian katakan di dalam hati, jiwaku senang, jiwaku tenang.” Pendapat di atas diperkuat oleh seorang psikolog terkenal, Donna Dawson yang berpendapat bahwa, “Ada macam-macam senyum, tetapi yang tulus, asli adalah tersenyum spontan dengan  bibir mengembang dan santai, disertai mata berbinar atau menatap lembut, tergantung pada konteks dan arti senyum itu.”

            Senyum Monalisa. Begitu terkenalnya. Padahal itu senyum wanita  di dalam lukisan. Itu bisa diartikan bahwa orang se-dunia ini,  yang sehat jiwa dan raga sangat menyenangi dan merindukan senyuman. Senyumnya manis semanis madu. Senyumnya merekah bagaikan sekuntum bunga mawar. Senyumnya meruntuhkan hati. Orangnya tidak rupawan tapi kalau sudah tersenyum ramah, dia sangat mempesona. Senyumnya menyejukkan kalbu. Itu adalah kalimat-kalimat ungkapan masyarakat dalam kehidupan sehari-hari yang kalau dikaji bisa diartikan sebagai pengakuan bahwa senyum itu mempunyai power. Apalagi kalau senyuman itu milik seorang guru. Orang yang digugu dan ditiru. Pasti powernya sangat dahsyat. Tapi bagaimana kalau senyum itu hilang? Berarti power itu juga hilang. Wahai guru, sesusah apapun tetaplah ikhlas tersenyum agar power yang engkau miliki tetap memandu murid-muirdmu.

Kekuatan senyuman guru
            Bila guru berwajah kecut masam apalagi selalu marah-marah, membuat suasana kelas tegang, hingga memuakan, tentu kegiatan belajarnya menjadi kurang berarti bahkan bisa gagal. Di harapkan  uraian di atas mampu membuat pencerahan,  kesadaran,  dan kebanggaan diri akan kekuatan atau power senyuman guru,  akan sangat berpengaruh positif bagi murid-muirdnya. Kekuatan senyuman guru itu diantaranya sebagai berikut;

1.        Menyenangkan hati.
Senyummu tidak akan mengurangi kewibawaanmu. Senyummu akan menciptakan rasa simpati pada hati murid-muridmu. “Hai, anakku!” Sapaan dilakukan sambil tersenyum yang tulus. Murid akan merasa diperhatikan, diakui keberadaannya, dihargai, dan disayangi. Dia senang. Dengan hati senang, belajarnya akan maksimal. 

2.        Menyejukan amarah.
Problema atau masalah kehidupan tidak hanya dialami oleh orang dewasa. Murid yang masih anak-anak atau remaja juga memiliki problema. Banyak diantara mereka yang tidak bisa menyelesaikan problemanya. Mereka jadi marah-marah. Walau bagaimanapun guru juga terbatas kemampuannya. Tidak mungkin juga mengetahui semua permasalahan murid-muridnya. Tapi dengan sapaan kecil yang bersahabat,  dan menularkan senyuman yang ramah, akan menyejukan amarah murid. Apalagi kalau guru bisa membaca ekspresi wajah murid dan memberinya waktu untuk curhat di kala istirahat. Maka jadilah guru penyejuk jiwa.

3.        Penyemangat belajar
Semangat belajar murid bisa naik turun. Banyak faktornya. Misalnya karena faktor stamina tubuh murid. Di pagi hari mereka bersemangat. Tapi ketika tengah hari mulai loyo dan lesu. Seorang guru yang cerdas, tampil  fresh dengan senyuman yang mengembang ceria. Itu adalah energi dari guru yang akan membangkitkan semangat murid-muridnya untuk belajar.
4.        Memudahkan kesulitan.
Guru yang mempunyai senyuman, membuat murid merasa dekat seperti orang tua sendiri. Ketika dia mengalami kesulitan mempelajari sesuatu dia akan berani bertanya atau meminta pertolongan guru. Kepribadian gurunya tidak sulit. Pelajarannya yang sulit bisa terasa menjadi mudah karena sugesti positif yang berawal dari senyuman guru.

5.             Menciptakan kerinduan.
Libur yang terlalu panjang, akan membosankan juga bagi murid. Terlebih lagi kalau ingat guru yang selalu tersenyum ikhlas penuh kasih sayang dan kesabaran. Rindu ingin melihat senyumannya. Senyum yang ikhlas tak akan pernah membosankan. Murid jadi rindu setiap hari. Murid jadi berangkat sekolah setiap hari walaupun sakit. Bagi guru, ini adalah prestasi.

6.             Menimbulkkan inspirasi.
Saya ingin sabar seperti guru A. Saya ingin ramah seperti guru A. Saya ingin menjadi guru untuk melanjutkan perjuangan guru A mencerdaskan bangsa. Saya ingin berkharisma seperti guru A. Saya tidak ingin menjadi guru tapi ingin jadi presiden yang menyayangi orang kecil seperti nasehat guru A. Itu artinya guru A telah menjadi inspirator bagi murid-muirdnya. Tidak banyak guru yang mampu menjadi inspirator. Tetapi bukan berarti tidak mungkin. Salah satu  langkah awalnya yaitu dengan senyuman ikhlas kepada murid-muridnya.

7.             Menerbitkan cinta.
Namanya saja dunia, jadi tidak mungkin semua murid mencintai guru yang sudah maksimal berusaha menjadi guru yang guru. Bukan guru-guruan. Tapi kalau sudah 51% saja sebagian murid mencintai guru tersebut, berbahagialah duhai guru. Tapi percayalah tidak akan 51%, melainkan 90% atau 99%. Sisa penggenap menjadi seratus persennya akan datang menyusul setelah dia menyadari bahwa apa yang dilakukan oleh gurunya adalah untuk kebaikannya. Kekuatan senyuman guru sekarang atau nanti akan  menerbitkan cinta.

Senyuman guru memandu kalbu murid-muridnya. Murid yang sedih jadi senang. Murid yang marah jadi damai. Bagi murid yang sedang merasa malas jadi bangkit lagi semangat belajarnya. Kalau ada murid yang sedang merasa kesulitan menjadi merasa ringan beban hatinya.  Senyuman tulus guru menjadi kesan yang dalam di dalam kalbu murid hingga selalu rindu, selalu ingin belajar bersama sang guru. Di dalam hati murid, terbit rasa sayang dan cita-cita untuk menauladani gurunya. Tersenyumlah duhai guru, karena senyummu menuntun kalbu muridmu, meraih cita-cita untuk sukses masa depannya, yang berarti baik pula masa depan bangsa Indonesia. (**//)

Penulis, Guru Bahasa Inggris SMK N 1 Anjatan, Kab. Indramayu

Status  : Anggota AGP PGRI Jabar

alamat link desk anggota:
http://sekretariatagppgrijabar.blogspot.com/2011/02/daftar-anggota-agp-pgri-jawa-barat.html
 
Sumber : Majalah Suara Daerah 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar