Kamis, 10 Februari 2011

Merencanakan Karier Siswa

 oleh : UUS FIRDAUS

DATA statistik menyatakan bahwa 41,2 persen dari total jumlah pengangguran di Indonesia adalah pelajar. Ada apa dengan pelajar Indonesia? Apakah dunia pendidikan yang tidak mengajarkan ilmu pengetahuan dan keterampilan? Apakah selama di bangku sekolah mereka tidak belajar?

Bersekolah atau menjalani studi adalah jembatan emas yang akan mengantarkan pelajar ke dunia profesi dan masa depan yang cerah. Setelah menyelesaikan studi, pelajar pasti memasuki dunia profesi dan pekerjaan yang sangat kompetitif dan berbeda dengan dunia pendidikan. Dunia sekolah begitu indah dan membawa romantika yang berbunga-bunga bagi setiap anak. Sementara dunia kerja penuh dengan persaingan dan seni untuk mengembangkan profesi.

Berdasarkan hasil penelitian para ahli, ternyata pelajar tidak memiliki perencanaan karier yang jelas. Ke mana mereka akan pergi setelah menyelesaikan studi? Pekerjaan dan profesi apa yang akan digeluti setelah tamat? tidak pernah dipikirkan secara matang di bangku sekolah

Dengan demikian, peranan orang tua dan guru di sekolah hendaknya menjadi fasilitator bagi mereka agar mereka dapat berkembang secara mandiri. Mereka perlu mendapat bimbingan yang sesuai agar dapat berkembang secara optimal sesuai dengan potensi, bakat, minat, dan prestasi yang dimilikinya. Terlebih bagi guru yang mempunyai peranan untuk mengantarkan mereka ke masa depan yang tantangannya jauh berbeda dengan keadaan sekarang.

Di negara maju, para orang tua sudah membiasakan anaknya merencanakan masa depan sejak kecil. Keluarga sebagai tempat pertama dan utama mempelajari kehidupan telah terbiasa dengan apa yang disebut "perencanaan" (planing).

Anak-anak di negara maju telah belajar dari orang tua mereka tentang pentingnya dan keterampilan merencanakan masa depan. Dengan perencanaan yang disusunnya, maka hari-hari yang dilalui sang anak merupakan upaya dan ikhtiar mewujudkan tujuan dan rencana yang telah dibuatnya.

Berbeda halnya dengan anak-anak di negara berkembang seperti Indonesia. Anak-anak belum terbiasa dan tidak terampil membuat rencana. Hari-harinya diisi dengan aktivitas atau kegiatan yang tidak terarah. Biasanya asal ikut-ikutan. Ada juga yang menghabiskan waktu dengan kegiatan bermain tanpa tujuan. Bahkan banyak yang mengisi waktu dengan kegiatan hura-hura serta membahayakan masa depan, seperti tawuran, nongkrong di jalan/gang, atau menjadi anggota geng motor.

Mengingat betapa pentingnya masalah karier dalam kehidupan manusia, maka sejak dini anak perlu dipersiapkan dan dibantu untuk merencanakan hari depan yang lebih cerah, dengan cara memberikan pendidikan dan bimbingan karier yang berkelanjutan.

Ada beberapa materi bimbingan yang dapat diberikan, yaitu menjelaskan manfaat mencontoh orang-orang yang berhasil, melatih siswa menggambarkan kehidupan di masa akan datang, membimbing diskusi mengenai pekerjaan wanita dan pria, menjelaskan jenis-jenis keterampilan yang dikaitkan dengan pekerjaan tertentu, melatih siswa membayangkan hal-hal yang akan dilakukan pada usia 25 tahun kelak, membimbing siswa tentang macam-macam gaya hidup dan pengaruhnya, melatih siswa merencanakan pekerjaan apa yang cocok pada masa dewasa, membimbing siswa berdiskusi tentang pengaruh pekerjaan orang terhadap kehidupan, melatih siswa melihat hubungan antara minat dan kemampuan, dan mengenalkan macam-macam pekerjaan yang ada di lingkungan sekitar.

Selain itu, dalam pemberian bimbingan perlu pula penyesuaian dengan karakteristik dan usia anak. Sebab, menurut para ahli pada usia remaja ada empat tahapan yang dimiliki anak, yakni (1) sub tahap minat (interest) usia anak sekitar 11-12 tahun, pada saat ini anak cenderung melakukan pekerjaan-pekerjaan atau kegiatan-kegiatan hanya yang sesuai dengan minat dan kesukaan mereka; (2) sub tahap kapasitas (vapacity) (13-14 tahun) anak mulai melakukan pekerjaan/kegiatan didasarkan pada kemampuan masing-masing, di samping minat dan kesukaannya; (3) sub tahap nilai (values) (15-16 tahun) anak sudah bisa membedakan mana kegiatan/pekerjaan yang dihargai oleh masyarakat, dan mana yang kurang dihargai; dan (4) sub tahap transisi (transition) (17-18 tahun) anak sudah mampu memikirkan atau "merencanakan" karier mereka berdasarkan minat, kamampuan, dan nilai-nilai yang ingin diperjuangkan.

Mudah-mudahan upaya pemberian bimbingan karier yang sesuai dengan karakteritik siswa dapat memberikan panduan untuk meniti karier yang lebih jelas dan mempunyai panduan dalam menyongsong masa depan. (*)

Penulis, Guru SMP Negeri 1 Paseh
Kabupaten Bandung


Status : Anggota AGP PGRI Jabar

Klik alamat desk anggota agp pgri jabar:
http://sekretariatagppgrijabar.blogspot.com/2011/02/daftar-anggota-agp-pgri-jawa-barat.html 

Sumber tulisan : tribun jabar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar