Minggu, 06 Februari 2011

Agar Guru Menjadi Penulis

Oleh : Indra Yusuf*

“Tulisan memberi sumbangan berarti dalam membangun peradaban. Melalui tulisan, seseorang bukan saja dapat memberi perubahan bagi dirinya, namun juga bagi orang lain dan masyarakat luas sehingga mereka dapat lebih arif dalam menyikapi berbagai persoalan yang dihadapinya “.

Demikian diungkapkan H. Syafik Umar Direktur Utama PT. Pikiran Rakyat Bandung pada acara pembentukan Asosiasi Guru Penulis Jawa Barat di gedung PGRI Jawa Barat Bandung, (Pikiran Rakyat, 23/04/07). “Dengan menulis seorang guru berarti telah meningkatkan kompetensinya, kreatifitasnya sekaligus menunjukan inovasinya disamping meningkatkan wawasannya dalam pendidikan” demikian diungkapkan Ketua PGRI Jawa Barat dalam pelantikan Pengurus AGP di Bandung tanggal 12 Mei 2007, (Pikiran Rakya, 14/05/07)

Pembentukan Asosiasi Guru Penulis Jawa Barat (AGP Jabar) merupakan langkah maju bagi pembangunan masa depan profesi guru dan pengembangan pendidikan di Jawa Barat khususnya. Untuk itu sudah sepatutnya kita dukung dengan ikut terjun aktif dalam dunia tulis menulis atau dengan menjadi guru penulis. Karena bagi guru, menulis memiliki manfaat yang sangat besar. Diantaranya untuk mengembangkan kompetensi guru, yang meliputi kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan kompetensi profesional (Pasal 10 ayat 1 UU No 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Dalam pelaksanaan sertifikasi pun, nanti selain kualifikasi pendidikan pasca sarjana (magister), karya tulis dan aktivitas ilmiah lainnya juga akan dibutuhkan. Sama seperti ketika seorang guru akan mengajukan kenaikan pangkat, karya tulis menjadi salah satu syarat untuk memenuhi angka kredit.

Disamping itu kegiatan menulis merupakan suatu kegiatan yang mengandung aspek inovatif, edukatif dan produktif. Inovatif, dengan menulis kita dapat menyalurkan ide-ide baru dan kreatif kepada orang lain sehingga memberikan pemahaman dan pencerahan bagi penulis maupun pembaca. Edukatif, dengan menulis berarti kita telah melakukan proses pendidikan secara tidak langsung kepada masyarakat luas melalui tulisan-tulisan yang dimuat media. Produktif, dari menulis kita juga mendapatkan sedikit-banyaknya penghasilan tambahan, yang besarnya tergantung pada ketekunan, frekuensi dan lingkup media yang kita pilih untuk memuat tulisan kita. Sehingga otomatis tingkat kesejahteraan sedikit mengalami peningkatan tanpa harus menunggu janji pemerintah yang ingin memperbaiki tingkat kesejahteraan guru tapi dengan melalui sertifikasi yang sampai saat ini masih belum jelas. Walaupun honor yang kita dapat dari menulis kadang bukan menjadi tujuan utama kita melainkan menulis hanya salah satu bentuk aktualisasi diri kita.

Kesempatan menulis bagi guru begitu luas, sehingga sangat sayang bila dilewatkan begitu saja. Guru lebih memiliki waktu luang dibandingkan dengan profesi lainnya, sehari-harinya pun sebenarnya sudah terbiasa dengan dunia tulis menulis seperti saat membuat soal atau melakuan penelitian tindakan kelas (PTK). Guru memiliki potensi yang besar untuk menulis, karena guru merupakan sosok yang dikenal memiliki wawasan luas, bahkan dulu di desa guru dianggap sebagai orang yang serba bisa. Dalam setiap kegiatan masyarakat guru selalu diikutsertakan dan seringkali ditokohkan oleh masyarakat. Masyarakat memposisikan guru pada tempat yang lebih terhormat karena ilmu pengetahuan yang dimilikinya. Dari segi pendidikan pun cukup menunjang karena pada umumnnya guru adalah sarjana yang tentunya pernah menyusun skripsi. Masa menyusun skripsi yang begitu tebal mampu tapi menulis yang hanya sekedar lebih kurang empat lembar tak mampu. Jangan biarkan skripsi menjadi karya tulis kita yang pertama dan terakhir seperti pohon pisang yang hanya sekali berbuah setelah itu mati.

Apalagi kini banyak sekali bermunculan media massa cetak baik lokal, regional maupun nasional yang semuanya dapat kita jadikan saluran untuk mengasah ketrampilan menulis kita. Seiring dengan berkembangnya dunia pers tentu akan memicu budaya literasi atau minat baca dikalangan masyarakat. Terlebih lagi pada surat kabar Pikiran Rakyat yang menyediakan rubrik khusus bagi guru-guru yang diberinama “Forum Guru”. Di dalam rubrik tersebut guru-guru dapat menuangkan ide-ide inovatif, yang menyangkut profesionalisme guru dan permasalahan dunia pendidikan. Sehingga dengan kehadiran guru sebagai penulis diharapkan karut marut dunia pendidikan nasional yang bagai benang kusut dapat sedikit terurai, mengingat guru sebagai akar rumput dari dunia pendidikan yang mengalaminya secara langsung dapat menyampaikan gagasan-gagasannya.

Bila kita melihat tugas dan peranan guru ternyata tidak hanya sebatas di kelas atau lingkungan sekolah saja. Melainkan mencakup lingkungan diluar sekolah yang juga mengemban tugas kemanusiaan dan kemasyarakatan. Dalam tugas kemanusiaan guru memiliki peran strategis dalam menentukan kemajuan suatu bangsa. Keberadaan guru merupakan faktor Condisio Sine Quanon yang tidak dapat digantikan oleh apapun sampai kapanpun meski teknologi informasi kian modern. Sementara tugas kemasyarakatan yang dipikul guru adalah mencerdaskan masyarakat bangsa Indonesia melalui pendidikan. Pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan secara luas seperti yang tertulis dalam Undang-Undang Sisdiknas No. 20 tahun 2003 yaitu : “Usaha-usaha dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spritual keagamaan, pengendaliaan diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Kegiatan menulis merupakan kegiatan yang sarat dengan nilai pendidikan. Seorang penulis tentu setidaknya memiliki wawasan yang luas, karena modal utama menulis adalah membaca. Dengan menulis berarti seorang guru juga telah mampu membangun profesionalitasnya. Kebiasaan menulis guru membawa pengaruh terhadap budaya literasi informasi dalam pembelajaran di kelas, karena setidaknya siswa-siswa di sekolah akan terpacu untuk mengikutinya kebiasaan gurunya. Dengan sendirinya minat baca siswa akan terdongkrak dan selanjutnya untuk memenuhi kebutuhannya diperlukan media yakni minimalnya perpustakaan sekolah sebagai sumber informasi pertama.

Ketika kita selesai membuat tulisan kadang kala kita seringkali putus asa manakala beberapa tulisan yang kita buat tak kunjung dimuat oleh media. Hal itu sangatlah wajar karena memang ketersediaan ruang media yang ada atau memang karena redaksional tulisan kita yang masih kasar atau ide tulisan yang kurang menarik . Kalau memang tulisan kita dirasa masih kurang baik teruslah dilatih, semakin sering kita menulis akan semakin baik tulisan kita dengan sendirinya. Untuk membantu agar kita dapat menulis dengan baik ada beberapa tips sederhana agar tulisan yang kita buat dapat diterima redaksi, namun tentu sebelumnya kita harus memahami dulu isi materi yang akan kita tuliskan dan menguasai teknik penulisan. Pertama, kita harus mengetahui dulu jenis media dan segmen pembaca dari media tersebut, baru setelah itu lebih spesifik lagi yakni menyangkut karakter bagian ruang media (rubrik) yang akan kita tuju. Misal ketika yang akan kita isi adalah rubrik Forum Guru tentu isi tulisan kita mesti menyangkut dunia guru atau pendidikan. Kedua, Tulisan yang kita buat harus sesuai dengan gaya penulisan yang diinginkan redaksi dan topik yang diangkat harus selalu aktual, relevan dan dirasakan menjadi persoalan dalam masyarakat. Sehingga untuk menghindarkan out date nya topik yang kita tulis kita harus memperhatikan tenggat waktu pengirimamnya ( untuk itu perlunya penggunaan e-mail). Ketiga, tulisan yang disajikan tidak berkepanjangan dan menggunakan bahasa yang dipahami oleh seluruh lapisan pembaca atau bersifat populer/luwes. Keempat, lebih baik lagi isi tulisan dapat mengandung hal yang memberikan pencerahan inspirasi, informasi maupun solusi.

Prof H. Mohamad Surya pernah mengatakan kebiasaan buruk yang sering terjadi adalah menunda-nunda hasrat untuk menulis. Maka mulailah dari sekarang mencari bahan tulisan, lakukan penulisan, perbaiki tulisan dan segera kirim tulisan. Selamat berkarya.*** 

 Penulis, guru SMAN 7 Cirebon, 

klik desk anggota agp di:
http://sekretariatagppgrijabar.blogspot.com/2011/02/daftar-anggota-agp-pgri-jawa-barat.html

Status : Pengurus AGP PGRI Cirebon

 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar