Minggu, 06 Februari 2011

Menumbuhkan Kecintaan Berkoperasi di Sekolah

oleh : Karnita


"Pada generasi tak ada majikan dan tak ada buruh, semuanya pekerja yang bekerja sama untuk menyelenggarakan keperluan bersama," ujar Bung Hatta setiap merayakan Hari Koperasi sejak 12 Juli 1951. 
BANGSA Indonesia mestinya tidak hanya mampu merdeka dan berdemokrasi secara politik, tetapi juga mampu merdeka dan berdemokrasi secara ekonomi. Menurut Bung Hatta, "Rakyat Indonesia hanya dapat melepaskan dirinya dari lumpur kemiskinan jika ekonomi rakyat Indonesia disusun sebagai usaha bersama berdasarkan koperasi". Tegasnya, koperasi adalah suatu bangun perekonomian yang sesuai dengan amanat penderitaan rakyat yang tertuang di dalam UUD 1945 pasal 33 serta penjelasannya. 

Koperasi adalah amanat penderitaan rakyat Indonesia. Memajukan dan mengembangkannya bukan persoalan selera seorang pemimpin atau pembesar yang sedang berkuasa. Semua komponen bangsa seyogianya mendukung dan berpartisipasi secara riil dalam membangun koperasi. Ironisnya, pada usianya yang ke-61 ini, kontribusi koperasi dalam pembangunan ekonomi masih sangat kecil, bahkan termarginalkan. 

Menurut Prof. Dr. Mubyarto, sektor swasta demikian menggurita sampai menguasai 86%, sektor negara (BUMN) 12%, dan sektor koperasi hanya 2%. Kepala Dinas KUKM Jawa Barat Mustopa Djamaludin mengatakan, jumlah koperasi di Jabar saat ini sekitar 22.562 unit dengan anggota 6 juta orang. Lebih kurang 24 persen koperasi yang ada tidak aktif. 

Potret buram koperasi juga masih mewarnai profilnya saat ini. Beberapa indikatornya, antara lain korupsi para pengurusnya, manajemen yang kurang profesional, kurangnya permodalan, dan lemahnya kemampuan negosiasi pengurusnya. Kendala-kendala yang dihadapi koperasi tersebut berimbas pada semakin kecilnya minat masyarakat untuk berkoperasi.
Peran sekolah 

Dalam rangka pembangunan koperasi, sekolah seyogianya dapat mengambil peran penting tersebut. Sekolah merupakan institusi yang paling ideal dan strategis dalam upaya menumbuhkan kecintaan pada koperasi. Menanamkan kecintaan pada koperasi sejak anak duduk di sekolah dasar diharapkan mampu memberikan kontribusi yang besar pada masa mendatang. Upaya itu tidak hanya cukup dengan memberikan materi koperasi di mata pelajaran IPS (SD) dan ekonomi (SMP/SMA), tetapi juga anak harus diajak praktik dalam kegiatan ekstrakurikuler dan dibimbing dengan baik. 

Saat ini deskripsi umum koperasi siswa kurang berkembang. Kalaupun ada, baru sebatas menyediakan toko koperasi yang dikelola oleh para siswa yang memilih ekskul tersebut. Kegiatan aktivitasnya belum diarahkan untuk menerapkan prinsip-prinsip dan mekanisme berkoperasi yang baik. Padahal, lebih penting lagi adalah bagaimana agar praktik berkoperasi itu mampu menanamkan nilai-nilai luhur dalam berkoperasi, seperti bermusyarawah, berekonomi, bersosial-budaya, bergotong royong, dan kekeluargaan melembaga dalam dirinya hingga dapat dikembangkan dalam kehidupan bermasyarakat kelak. 

Adalah tanggung jawab kita semua untuk menyerasikan antara semangat koperasi dan koperasi sebagai organisasi sehingga koperasi menjadi saka guru ekonomi Indonesia dapat terwujud. Oleh karena itu, dibutuhkan seperangkat tindakan yang mendasar agar koperasi didudukkan dalam cakrawala ekonomi nasional.
Dalam hal inilah, di satu pihak kita perlu menilai kembali sejauh mana semangat koperasi telah melembaga di setiap usaha ekonomi, baik pemerintah, swasta, maupun masyarakat atau perorangan. Kemudian perlu ditetapkan bidang-bidang usaha yang tegas-tegas ditangani koperasi. *** 

Penulis, Ketua Badan Pengawas Koperasi Guru SMAN 13 Bandung, 

Status :Pengurus Asosiasi Guru Penulis PGRI Jawa Barat. 

klik alamat desk anggota agp pgri jabar:
http://sekretariatagppgrijabar.blogspot.com/2011/02/daftar-anggota-agp-pgri-jawa-barat.html  


Sumber : Pikiran Rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar