Minggu, 06 Februari 2011

Drama dan Minat Siswa terhadap Sastra


Oleh LENA FERA HERLIANA, S.Pd.

Kemampuan bersastra siswa masih rendah. Hal ini dibuktikan dengan masih sulitnya mereka mengapresiasi karya sastra. Kurang minatnya membaca karya sastra terkalahkan oleh bermain Facebook, game, menonton sinetron atau film. 


DALAM proses pembuatan drama sebetulnya bukanlah hal yang baru dalam pembelajaran sastra. Para siswa berdiskusi dalam menentukan topik, menulis naskah drama, menentukan siapa peran antagonis, protagonis, memilih kostum, dan memadukan musik dengan alur cerita. Motivasi siswa dalam berkarya, terutama karya sastra merupakan hal yang penting. Siswa akan mampu mengaplikasikan olahan imajinasinya ke dalam bentuk tampilan drama. Siswa diharapkan mampu mengembangkan bakat, potensi, dan kreativitas dalam menulis, serta bermain peran.

Peranan drama dalam peningkatan minat siswa terhadap karya sastra sangat besar. Bermain drama temyata ampuh untuk meningkatkan minat siswa terhadap sastra. Melalui penyusunan naskah drama, diharapkan siswa bisa berpikir kritis dalam menangkap segala fenomena yang terjadi di masyarakat. Proses bermain peran dapat pula memupuk solidaritas, kekompokan, dan kerja sama, serta mampu mengasah empati di antara siswa. Bahkan, dalam berdiskusi dan berlatih drama, sangat dimungkinkan terjadinya penularan perilaku positif antarsiswa, termasuk dalam hal peningkatan motivasi dan semangat meraih prestasi.

Ada beberapa langkah rang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran drama. Sebagai langkah awal, siswa ditugaskan membuat naskah drama yang temanya ditentukan oleh mereka sendiri. Langkah berikutnya, setiap pertemuan, tampil satu kelompok untuk me-mentaskan pertunjukan drama. Pertunjukan mereka selain dinilai oleh guru, juga dinilai oleh teman-teman mereka.

Langkah lain yang bisa dijadikan alternatif adalah mengumpulkan tugas dalam bentuk CD dan diputar di ruang multimedia. Kegiatan tersebut diakhiri dengan diskusi dan tanya jawab, yang disaksikan juga oleh guru. Hal ini melatih siswa menyukai sastra dan menambah kecintaan anak didik terhadap mata pelajaran bahasa dan sastra Indonesia. Siswa betul-betul menemukan sesuatu berdasarkan pengalaman yang dialami sendiri. Guru hanya berperan sebagai fasilitator, penguatan materi, dan pembenahan.Siswa dengan penampilan terbaik diberi penghargaan. Hal ini dimaksudkan agar siswa bersemangat untuk lebih baik dalam berkarya.

Melalui kegiatan pementasan drama, siswa memperoleh pengalaman:
1. Membangun rasa percaya diri. 
    Mereka merasa lebih berhasil dalam hidup dan bergembira dalam waktu yang bersamaan.
2. Menciptakan hubungan yang lebih akrab dengan sesama teman-teman.
3. Belajar mengendalikan diri dalam menghadapi perbedaan, misalnya tentang penentuan tema yang
    akan disampaikan kepada penonton.
4. Memiliki daya kreatif dan kritis dalam memecahkan masalah yang dihadapi.
5. Memiliki mental yang kuat dalam menghadapi hidup.
6. Merasa senang ketika belajar.
7. Memiliki sikap toleransi dan bersemangat, untuk tema berjuang melalui pengungkapan ide cerita 
    dalam drama.
8. Mengubah perilaku seni yang sebelumnya hanya sebagai penikmat atau penonton, 
    sekarang jadi pelaku langsung. Hal ini memunculkan kepuasan tersendiri.
9. Meningkatkan kecerdasan berpikir dalam menuangkan ide kreatifnya.

Mudah-mudahan usaha sederhana ini dapat bermanfaat dalam meningkatkan minat sastra siswa khususnya, maupun pembelajaran bahasa Indonesia pada umumnya."

*Penulis, guru SMA Negeri 18 Bandung.

Status : Anggota AGP PGRI JAbar

klik alamat desk anggota:
http://sekretariatagppgrijabar.blogspot.com/2011/02/daftar-anggota-agp-pgri-jawa-barat.html
 
Sumber : Pikiran Rakyat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar