Rabu, 02 Maret 2011

aku Adalah ...

oleh : Minto Turisono

ADUH sialan kucing liar itu! Dia meninggalkan aku tergeletak begitu saja. Isi tubuhku berserakan dibuatnya.  Memang, tadi pagi Bi Minah membuang sisa ikan kepadaku. Huh bau amisnya bikin perutku mual!  Tentu saja aku jadi sasaran si kucing liar itu.

Aku malas sekali bangun. Tubuhku sudah letih, gatal-gatal, kotor, dan bau.  Biarlah aku begini sampai datang lagi Bi Minah membetulkannya.  Aku bangga dapat menolongnya. Dia tak perlu membuang sampah dapurnya ke tempat jauh.  Dia cukup berjalan beberapa langkah ke samping rumah tempatku berdiam diri.

Tadinya aku merasa kesepian tinggal di situ sendiri.  Aku begitu terasing. Kutinggalkan teman-temanku karena aku diaajak oleh majikan Bi Minah ke rumahnya.  Dia memerlukan sekali diriku.  Yah, aku yang tak seberapa ini ternyata masih dibutuhkan oleh orang.  Lama-lama aku pun mengerti tugasku.  Kutinggakan semua temanku dengan ikhlas.  Orang-orang yang selalu kulihat hilir mudik di toko tak mungkin kulihat lagi. Aku benar-benar terasing jauh dari keramaian.

Seminggu sekali datang Bang Soma. Dia mengangkatku. Seluruh isi tubuhku ditumpahkan ke dalam gerobaknya yang bau sampah.  Bila hal itu sudah dilakukannya, badanku terasa ringan sekali. Aku senang.  Tidak jadi leluasa bernafas. Tidak sesak lagi.

Biasanya kalau sudah begini, aku suka dimandikan. Tubuhku disikat Bi Minah, geli rasanya. Walaupun tidak memakai sabun mandi, aku cukup versih dimandikannya.  Tubuhku terasa lebih segar. Warnanya pun lebih cerah.  Warnanyapun lebih cerah.  Kemudian aku dikeringkan di bawah sinar matahari.  Sungguh, kejadian yang sebelunya tak pernah kualami.

Pluk, sebuah jambu berulat dilemparkan seseorang kepadaku. Aku bergidik ngeri.
"Makanya kalau ajajan jangan sembarangan," kata Bu Asni kepada anaknya, Tini.  "Pilihlah buah yang baik."
"Tini kan tidak tahu, Bu.  Lagipula kata si penjualnya bagus-bagus," tukas Tini membela diri.
"Ya sudahlah. Tidak apa-apa, kan tidak jadi dimakan, jambu?" hibur Bu Asni.  "Nanti Ibu beli yang tidak berulat,"
Tini tersenyum gembira.
"Sekarang bantulah Bi Minah di dapur"
"Baik Bu"

Tini memang rajin. Dia tak pernah membantah perintah ibunya. Tak heran bia ia disayangi orang tuanya.  Dia selalu membuang sisa makanan atau barang yang tidak berguna kepadaku. Katanya, aku memang tempat yang paling cocok. Tidak rewel. Katanya lagi, aku memang pantas untuk dijadikan penjaga kebersihan.

Sekarang ini kebersihan sedang digalakkan di mana-mana. Teman-temanku pun mulai dipelihara di setiap rumah tetangga Bu Asni. Aku bangga sekali. Ini suatu pertanda bahwa orang mulai menyadari pentingnya kebersihan lingkungan. Aku pun dapat saling menatap dan melambaikan tangan lagi dengan temanku.***

Penulis, guru SDN Mulya bakti Kec. Cimaung Kab. Bandung
Status  : Anggota AGP PGRI Jabar
Sumber : Pikiran Rakyat Minggu, 31 Januari 1988